Hippies, Dari Gerakan Perdamaian hingga Tren

Kalian pasti tahu dua band besar asal Inggris, The Beatles dan The Rolling Stones, kan? Ketika melihat penampilan mereka, pandangan mata pasti tertuju pada gaya berbusana mereka. Kacamata besar, rambut sedikit gondrong, memiliki kumis dan jenggot, serta pakaian bercorak dengan warna yang terang.

The Beatles, 1967 (Sc: Pinterest)

The Rolling Stones (Sc: Mark Sadella's Flickr)
Di tahun 1960-an gaya seperti dua band besar tersebut adalah gaya populer di Amerika Serikat. Banyak masyarakat Amerika yang berdandan seperti itu kemudian dijuluki sebagai hippies. Bagi kalian yang menyukai sejarah perang atau gemar memperhatikan fashion dan budaya pasti tidak asing dengan kaum hippies. Tapi, pernahkah terbesit di pikiran kalian mengenai asal-usul hippies? Siapakah mereka? Mengapa mereka begitu fenomenal dan populer di era Perang Dingin, khususnya Perang Vietnam.

Kelahiran Hippies dari Beat Movement

Meski dalam budaya modern, hippies menjadi sub-budaya yang dikenal dengan slogan "peace and love" dan banyak menjadi inspirasi musisi Amerika, namun siapa sangka bahwa budaya ini bermula dari gerakan yang diinisiasi oleh orang-orang Bohemia di Amerika.

Gerakan Beat atau generasi Beat bisa disebut sebagai "pendahulu" kaum hippies. Gerakan Beat lahir di salah satu desa masyarakat Bohemia di Amerika. Gerakan ini adalah gerakan literasi dan sosial Amerika Serikat yang diinisiasi oleh orang-orang Bohemia. 

Lahir pada era 1950-an, gerakan Beat beranggota mayoritas masyarakat Bohemia. Mereka adalah orang-orang yang merasa diasingkan dalam negara maju dan heterogen seperti Amerika. Untuk mengekspresikan keterasingannya, mereka berperilaku dan berpenampilan sangat berbeda dari masyarakat umum.

Diantaranya adalah cara berpakaian yang berbeda, cara berbicara yang menggunakan bahasa hip musisi jazz hipster (bahasa jive), dan memiliki kebiasaan yang berbeda. Dikutip dari Brittanica.com, kelompok beat mendukung kebebasan diri atau penjernihan diri yang dilakukan dengan obat-obatan, seks, musik jazz, atau ajaran zen buddhisme. Tentu hal-hal ini tidak populer dalam kehidupan masyarakat Amerika pada umumnya. 

Sebagai orang Bohemia di Amerika, anggota Beat selalu diasingkan dari masyarakat, hingga menyebabkan mereka menganggap bahwa masyarakat modern tidak memiliki tujuan. Hidup bebas dengan gembira adalah bentuk sikap menarik diri dari komunitas modern dan juga sebagai bentuk protes atas keadaan sosial yang ada. 

Pada periode yang sama, seorang penyair dan penulis populer asal Amerika, Allen Ginsberg mengunjungi sebuah pub San Remo yang bertempat di suatu desa Bohemia di New York, tempat kelahiran gerakan Beat.

Allen Ginsberg yang sering mengunjungi pub tersebut, rupanya terinspirasi dengan ide, gagasan, dan gaya hidup ala Bohemian. Ia kemudian banyak menerjemahkan hasil inspirasinya tersebut ke dalam sastra.   

Setelah beberapa waktu tinggal di New York, Allen Ginsberg memutuskan untuk pindah ke San Francisco. Saat pindah, ia mulai mengonsumsi obat-obatan, karena dianggap mampu menjernihkan pikirannya saat menulis. Kebiasaannya ia dapatkan setelah berinteraksi dengan para Beat. Saat berhalusinasi karena obat-obatan terlarang, ia akan berteriak, 
"Let's resist hatred! Let's work for peace and love!" ----"Ayo lawan kebencian! Ayo bekerja demi perdamaian dan cinta." ----

Istilah hippies yang populer pada 1960-1970-an disinyalir berasal dari periode 1950-an. Di tahun tersebut,  tokoh terkenal seperti Allen Ginsberg disebut sebagai "hip", yang artinya sesuatu baru dan modern. Oleh sebab itu, Allen Ginsberg (penyair dan penulis asal Amerika) menjadi salah satu tokoh pelopor sebutan hippies

Sebagai orang terkenal, tentu saja Allen Ginsberg sempat menjadi role model bagi masyarakat. Gaya hidup yang bebas, karya tulisnya yang bebas dalam menggunakan kalimat yang tidak terikat pada aturan akademis dalam membuat puisi, serta isi puisi yang banyak membahas soal politik dan hubungan sosial masyarakat, membuat banyak orang yang megikutinya karena karakter dan gagasannya tersebut. 

Allen Ginsberg (Photo by Cyril H. Baker, sc: poetry foundation)

Memasuki tahun 1960-an, gerakan Beat mulai mengalami kemunduran dan popularitas yang mulai memudar. Meski begitu, gerakan Beat telah berhasil menginspirasi banyak orang, serta menjadi pemicu munculnya generasi gerakan dan sub-budaya baru yaitu hippies. 


Awal Mula Hippies
Perang dingin adalah tonggak sejarah baru, bukan hanya bagi politik dunia, namun juga bagi kehidupan sosial masyarakat. Melalui perang dingin, muncul berbagai gejolak dari masyarakat demi perdamaian dan HAM. Perang Vietnam adalah momen pecahnya gerakan anti perang dan HAM yang dibawa salah satunya oleh kaum hippies. 

Dalam artikel yang dimuat dalam britannica.com berjudul "Hippies-sub culture", menyebutkan bahwa kaum hippies berasal dari masyarakat middle class atau masyarakat kelas menengah. Dalam strata sosial, masyarakat kelas menengah adalah kaum berpendidikan dengan keadaan ekonomi yang cukup.

Oleh sebab itu, dalam studi gerakan sosial, kelas menengah adalah kelas yang seringkali menginisiasi suatu perubahan secara kolektif melalui gerakan, aksi, atau protes. Tujuannya untuk memperbaiki atau bahkan mengubah sistem yang sudah ada. Mereka adalah orang-orang terpelajar menyerupai kalangan elite, namun mampu merasakan kesulitan dalam masyarakat karena status ekonomi yang cukup (bukan kaya seperti kaum elite). Tidak heran jika masyarakat kelas menengah lebih sensitif untuk membela kaum marginal dan mendorong perubahan. 

Hippies mengadopsi gaya hidup gerakan Beat yang lebih dulu eksis. Hippies mempromosikan kebebasan dalam hidup, kebebasan berpikir, kebebasan memilih, terkadang saking bebas dalam segala hal, kaum ini terkesan mengabaikan norma mainstream dalam masyarakat. Mereka juga mempromosikan sikap toleransi antar manusia dan alternatif dari sistem yang ada sekarang. Di kutip dari artikel history.com, kaum hippies menganggap bahwa kekacauan sosial yang ada, termasuk perang berasal dari kekuasaan negara, sebab itu diperlukan sistem alternatif. 

Kaum hippies juga memiliki ikatan yang kuat dengan alam. Berbanding terbalik dengan masyarakat umum Amerika yang menggemari fast food, hippies percaya bahwa segala hal yang paling baik berasal dari alam, termasuk makanan dan pengobatan. Mereka menggemari makanan organik dan banyak dari mereka menjadi vegetarian. Untuk pengobatan, kaum hippies mengikuti metode pengobatan holistik. 

Mungkin hal tersebut adalah salah satu sisi baik dari hippies. Sayangnya, kaum hippies juga menggunakan obat-obatan narkotika yang mengakibatkan halusinasi, seperti LSD yang dipercaya dapat memperluas kesadaran dan menjadi salah satu kenikmatan yang mereka gemari.

Dengan gaya hidup bebas dan abai, sebenarnya kaum hippies tidak terlibat dalam aktivitas politik apapun. Segala protes, kampanye, dan tindakan perlawanan lainnya yang mereka lakukan semata untuk membebaskan umat manusia dari ketakutan dan untuk mencapai perdamaian dunia.

Hippies dan Perang Vietnam 
Dalam sejarah perang dingin, perang Vietnam adalah peristiwa besar yang mampu memancing amarah masyarakat global atas ambisi dua negara adidaya dalam perang ideologi yang mereka lakukan. Hippies bersama masyarakat lain tentu saja menentang keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam.

Dalam artikel history.com, disebutkan bahwa hippies menganggap bahwa pemerintah adalah penyebab segala penyakit sosial dalam masyarakat, termasuk perang. Sebagai bentuk perlawanan terhadap keputusan pemerintah Amerika dalam perang Vietnam, hippies bergabung dengan kelompok politik radikal dan mengambil sikap oposisi mengenai perang Vietnam.

Organisasi politik yang beranggotakan hippies di Amerika, bernama Diggers menjadi organisasi yang dikenal sering melakukan kegiatan amal, seperti membagikan makanan gratis kepada tuna wisma di Amerika dan membuka toko pakaian bekas gratis bagi yang membutuhkan. 

Rupanya selama masa perang dingin, khususnya di Amerika, Hippies mampu menarik banyak pengikut. Hal ini terlihat dalam banyaknya partisipan dalam festival musik Woodstock pada Agustus 1969. Festival musik yang dipublikasikan sebagai "tiga hari perdamaian, musik, dan cinta" ini mampu menampilkan musisi kenamaan saat itu, seperti Joan Baez, The Grateful Dead, Jimi Hendrix, Janis Joplin, Jefferson Airplane, The Who, Crosby, Stills, Nash & Young, dan Creedence Clearwater Revival. Alhasil, festival ini mampu mengumpulkan 300.000 hingga 400.000 orang dari penjuru Amerika. Sepertinya acara musik ini cukup sukses ya dalam menarik perhatian masyarakat.


Akhir Tren Hippies
Meski sering melakukan publikasi dan festival musik untuk menyebarkan nilai perdamaian dan kemanusiaan yang mereka usung, sayangnya popularitas hippies tidak bertahan lama dan menghilang seiring dengan keputusan Amerika Serikat untuk berhenti berpartisipasi dalam Perang Vietnam, tahun 1973. Sejak awal kemunculan, hippies identik sebagai "lawan" dalam setiap kebijakan yang diambil Amerika Serikat mengenai partisipasinya dalam Perang Dingin. Gaya hippies yang unik, cara mereka melakukan protes, dan cara dalam menarik perhatian masyarakat tidak pernah luput dari sorotan media. Dengan berhentinya Amerika Serikat dalam Perang Vietnam, maka media juga berhenti menyoroti aksi hippies. 

Meski saat ini, hippies hampir tidak ada. Namun, hippies di tahun 1960-an meninggalkan nilai-nilai baik yang dianut oleh masyarakat modern saat ini. Nilai kemanusiaan dan perdamaian global yang dulu sering disuarakan oleh hippies masih disuarakan oleh generasi saat ini. Kebiasaan hippies yang menyukai "sesuatu yang alami" juga menjadi tren diantara masyarakat, seperti lebih menyukai natural food yang organik, tanpa pestisida, dan menyukai hal-hal yang lebih ramah lingkungan lainnya. 

Tanpa disadari, berawal dari kaum marjinal yang "menentang" setiap keputusan pemerintah, melakukan aksi demi kemanusiaan dan perdamaian global di tengah kecamuk perang dingin, kebiasaan dan cara hidup hippies berhasil menjadi tren yang meninggalkan nilai-nilai baik yang relevan di masa kini. 

Rekomendasi Film Tentang Hippies
Sebenarnya hanya satu film yang saya tahu mengenai hippies. Meski begitu, film ini saya rasa cukup memperlihatkan gaya hidup ala hippies yang lebih memilih hidup menyendiri dalam hutan dan tidak mempercayai sistem yang ada saat ini.

Film ini berjudul "Captain Fantastic". Dirilis pada tahun 2016, film ini bercerita mengenai satu keluarga yang mengasingkan diri dari kehidupan normal masyarakat Amerika. Sang kepala keluarga lebih memilih untuk membeli sebidang tanah luas dekat hutan untuk membesarkan ke-6 anaknya seorang diri. Mereka hidup dari alam, seperti bercocok tanam sendiri, mengelola energi listrik dan air sendiri, berburu, bahkan sang ayah juga tidak menyekolahkan semua anaknya dan lebih memilih untuk mendidik mereka secara fisik dan intelegensi seorang diri. Semua ini ia lakukan karena prinsipnya yang tidak menyukai sistem yang ada dan gaya hidup masyarakat Amerika yang ia anggap boros dan tidak sehat. 

Captain Fantastic (Sc: FILM REVIEW; CAPTAIN FANTASTIC)

Film ini cukup seru dengan mengusung genre drama-komedi. DI film ini kita diajak melihat bagaiman bila seseorang benar-benar menerapkan gaya hidup ala hippies dengan hidup seorang diri, tanpa mempercayai makhluk sosial lain selain dirinya. Apakah mereka bisa tetap melanjutkan hidup atau tidak?


Sumber Tulisan:




Komentar

Postingan Populer